Tuesday, July 25, 2017

Love is an investment?

Masih ingat apa yang dibilang orang-orang (bisa keluarga, teman, sahabat) ketika kita sedang jatuh cinta dengan seseorang? Ini pendapat temen temen gue : “Jangan kasih seratus persen, deh… Sisain buat kamu sendiri supaya nggak terlalu sakit kalau ternyata musti udahan…” “Beri lima puluh persen saja, sisanya buat kamu…” “Gimana kalau kamu beri dia dua puluh persen? Perlahan-lahan tambahkan beberapa persen, tapi jangan sampai seratus!”

So, are you familiar with these sayings? Tentang berhati-hati saat ‘menginvestasikan’ hati kamu pada seseorang? Sekadar jaga-jaga saja agar kamu tidak perlu kalah dan mendadak bangkrut karena kehilangan semuanya? Don’t put every thing in the table for you might end up losing every thing? Hhhh...I’m tired to hear all these sayings. Berhati-hati. Jangan beri seratus persen. Sisakan buat dirimu sendiri (atau bahkan orang lain). Bla-bla-bla.

When it comes to love… or a feeling…. can you manage to give a good share of heart and keep the other share just for you, supaya kamu tidak kehilangan semuanya when you lose the game? And also, does Math really work in feelings? Well, I don’t know how it works with you or not, but surely, it doesn’t work with me. Gue bodoh soal matematika. Gue bodoh soal neraca laba rugi. Gue bodoh soal hitung-hitungan. Dan gue merasa drop dead stupid kalau menggunakan matematika untuk urusan perasaan gue. I’ve had enough Math in my life; jadi gue ga pengen menggunakannya untuk urusan hati dan cinta gue.

Buat gue… loving someone so much isn’t an investment…  sepertinya tidak jauh berbeda dengan menginvestasikan dana segar ke stock market dan berharap gue beruntung mendapatkan hasil yang terbaik. Kalau gue membeli terlalu banyak sementara roda ekonomi berputar dan tiba-tiba harganya jatuh, gue akan kehilangan semuanya. Tapi kalau gue membeli sedikit saja lalu kalah, gue masih bisa tersenyum dengan separuh dana segar yang tidak jadi gue belikan di awal investasi. Tapi apakah semudah itu? Semudah membeli saham?

To be honest I cannot manage my own feeling, menjaganya sampai ke batas tertentu supaya kelak gue tidak terluka. Mungkin gue terlalu naif atau bodoh, tapi buat gue, love is too precious to be assumed as a stock market.Ini adalah cinta; yang memiliki kehendaknya sendiri… untuk bertumbuh, berkembang, atau mati…. in any ways that it like. Love isn’t about investment, karena gue lebih memilih jatuh cinta, menikmati perasaan deg-degan saat jatuh cinta, menangis saat putus cinta lalu belajar banyak dari patah hati, daripada belum-belum sudah mengkalkulasi untung rugi ala Akuntan.. It’s love; dan gue memilih untuk menikmatinya saja.




No comments:

Post a Comment